Langsung ke konten utama

Papaku Seorang Tukang Sulap

Pekerjaan papa itu setauku banyak, menjadi videographer, editor, photographer, designer grafis, dan banyak lagi. Tapi setelah aku wawancara, ternyata pekerjaan papa adalah Freelancer Komunikasi Visual. Papa mengerjakan banyak hal dan berbeda-beda, jadi bisa dibilang papa itu "Tukang serba bisa"

Freelancer adalah orang yang bekerja bebas, tanpa kantor, dan tanpa bos. Pekerjaan freelancer itu tergantung permintaan klien, jadi bisa diminta untuk mengerjakan apa saja yang berhubungan dengan keahliannya. Papa biasanya diminta untuk mendesign buku, memproduksi video, dan tidak jarang papa diminta untuk menjadi konsultan untuk proyek-proyek yang terkait dengan media komunikasi.

Papa senang dan sangat menikmati pekerjaanya sebagai freelancer, karena kata papa menjadi freelancer itu tidak harus berurusan dengan bos, tidak harus bertemu kemacetan setiap hari, dan tidak terikat waktu, jadi papa dapat meluangkan waktu lebih banyak untuk keluarganya. Tapi menjadi freelancer ini juga tidak mudah karena tidak ada pendapatan yang pasti atau lebih jelasnya, papa tidak mendapatkan gaji bulanan. Papa kadang mengalami hal-hal yang susah selama menjadi freelancer, seperti harus mengerjakan pekerjaan yang besar dalam waktu yang singkat, lalu papa pernah merasa kesusahan kalau ada klien yang cerewet sehingga sering mendapat revisi. Tapi hal yang paling susah selama pekerjaan papa, adalah menjadi "Tukang sulap" karena diminta untuk melakukan sesuatu yang mustahil tapi klien mengharuskannya. Papa juga sering bekerja di hari libur demi mengejar deadline, jadi tidak jarang pada hari libur, kita dirumah menemani papa kerja.

Menurut papa, orang yang menjadi freelancer semakin banyak karena teknologi sekarang bertambah canggih dan dapat memudahkan freelancer untuk tidak harus bertatap muka langsung dengan klien, bahkan ada freelancer yang mengerjakan proyek dari perusaaan di luar negeri tanpa harus datang ke negara tersebut. Dan menjadi freelancer di bidang komunikasi visual ini sangat berguna menurut papa, karena freelancer dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan biaya yang lebih murah daripada dikerjakan oleh sebuah perusahaan. Jadi bagi klien yang tidak mempunyai dana yang besar, dia tetap bisa memproduksi sebuah media komunikasi dengan biaya yang fleksible.

Kata papa, untuk selalu mendapatkan pekerjaan dari sebuah perusahaan atau dari seseorang, kita harus selalu menjaga hubungan baik dengan klien tersebut. Oleh karenanya, papa selalu mendapat proyek yang dibayar dengan cukup baik oleh klien. Ada juga "trik" untuk selalu mendapatkan pekerjaan adalah, mengerjakan pekerjaan dengan kualitas yang paling bagus, dan selalu memenuhi deadline.

Waktu itu, papa pernah ingin berganti profesi, disebabkan oleh kejenuhan karena pekerjaan banyak dan deadline yang berderet. Papa ingin merubah profesinya menjadi tukang pijat profesional, karena kata papa orang yang bekerja itu sering mengalami stress dan butuh relaksasi. Jadi papa ingin membuat orang-orang yang stress itu rileks. Tapi sekarang jika ditanya, papa tidak mau berganti pekerjaan dan masih setia menjadi seorang freelancer di bidang komunikasi visual.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan/Minuman

Untuk tantangan ke-8, regu kami diberi tugas untuk mencari informasi tentang pertolongan pertama pada keracunan makanan/minuman. Pertamanya aku bingung mau bikin apa ya? Dan tidak tau akan menuliskan apa saja di tugas kali ini. Tapi setelah berunding bersama teman-teman seregu, kami membagi tugas, dan dalam waktu yang sangat singkat, tugas kami terkumpul semua. Setelah bingung-bingung mau buat apa, akhirnya aku memutuskan untuk membuat infografis yang simpel tapi jelas. Inilah infografisku, yang aku buat dalam 1 jam menggunakan aplikasi dari hp. Wah perjuangannya amat sangat lah pokoknya..

Kemping Ceria H2 - HARI YANG MENYENANGKAN

"SAHUUUUR SAHUUUUR!!!" "Duh yaampun, perasaan baru aja tidur!" pikirku pagi itu saat dibangunkan oleh salah satu teman laki-laki. Aku duduk, mengumpulkan nyawa, lalu teriak membangunkan teman-teman satu tendaku. "YAAAK SELAMAT PAGIIIIII!! YOK BANGUN YOK!!" yang dijawab dengan tendangan dari Adinda. Teman-teman satu tenda ku tidak ada yang bangun. Hanya Anja yang sudah duduk sambil mengucek-ucek matanya. Aku menepuk kakinya Michelle, Agla, dan kemudian Adinda. Tapi hanya dijawab dengan "HmmmMmmMMm" dari mereka. Tak lama kemudian, Khansa mendorong-dorong pintu tenda kami, berniat untuk membangunkan. Aku memang sudah tidak sabar keluar tenda dan melihat indahnya pagi hari disana. Berhubung yang lainnya masih belum termotivasi untuk bangun, aku keluar sendiri. Betul-betul indah pagi itu! Sebenernya sih masih gelap, tapi udaranya yang sejuk membuatku melupakan tugas-tugas! "AKHIRNYA AKU BISA JOGED!" Diluar, aku bertemu Tata, Katya, dan

Tantangan Mini Exploration (Observe Them All 2)

#tantangan2 jilid 2 #observethemall Aku memilih ibu penjual soto untuk aku wawancarai karena aku sudah berlangganan di soto itu dari aku masih kecil sekali. Soto yang ibu itu buat sangat enak, kuahnya bening berwarna kuning, gurihnya pas, dan setiap kali kesana, pasti tidak pernah bosan. Ibu penjualnya sangat ramah, jadi sering mengobrol bersama aku, mama, dan juga papa. Warungnya yang dulu dan sekarang sangat berbeda. Dulu warungnya sangat sempit, dan sekarang sudah diperlebar. Tapi ada yang tidak berubah, yaitu dari dulu sampai sekarang, ibu penjual soto selalu memanggil namaku “Lastri” padahal namaku “Ratri”. Dari aku berumur 3 tahun, sampai aku berumur 13 tahun, tetap saja ibu penjual soto memanggil aku “Lastri”. Malam sebelum aku mewawancarai ibu penjual soto, aku membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu supaya aku tidak canggung di depan ibu penjual soto. Isinya antara lain: 1.        Ibu namanya siapa? 2.        Sudah berapa lama berjualan soto? 3.        K